Rosario Indonesia

Misteri Peristiwa Sedih pertama Yesus berdoa kepada Bapa-Nya dalam sakratul maut

Buah Rohani: Penyesalan akan dosa.

Pada malam sebelum sengsara Tuhan kita, Dia menderita akibat dari dosa kita, Dia tahu rasa sakit dan penderitaan sengsaraNya akan tiba, namun kejahatan dari dosalah yang membuat Dia menderita paling besar. Di dalam keadaan kita yang telah jatuh dalam dosa, kita tidak peka akan hakikat dosa yang sesungguhnya, betapa jahatnya dosa dan betapa bencinya dosa itu di hadapan Allah, namun Kristus melihatnya dengan sempurna, bahkan satu dosa saja sudah sangat menyakitkan hati Allah, dan Kristus telah memikul di atas diriNya sendiri semua dosa yang ada dalam sejarah dunia dengan segala kengeriannya, sehingga Dia dapat berduka untuk mereka tak dapat merasakannya.

Kristus juga menderita karena mengetahui bahwa meskipun Dia telah melakukan segalanya, meskipun semua rasa sakit dan penderitaan dipikul-Nya, banyak sekali umat manusia yang akan tetap menolak-Nya dan memilih masuk neraka. Kristus mengasihi mereka seperti Dia mengasihi Yudas tetapi mereka akan menolak persahabatan-Nya, menolak keselamatan yang diberikan kepada mereka, mengkhianati-Nya, menolak kasih-Nya. Kesedihan-kesedihan ini yang membuatnya sangat menderita hingga berkeringat darah.

Mari kita renungkan:

Apakah aku pernah mengkhianati Kristus dengan menganggap remeh penderitaan-Nya karena tidak menggunakan rahmat yang aku miliki dengan baik?

Apakah aku pernah menyepelekan pengakuan dosa atau menganggap bahwa aku sudah pasti selamat?

Apakah aku pernah sungguh-sungguh meluangkan waktu untuk benar-benar bersedih karena dosa-dosaku?

Kristus bersedih karena sahabat-sahabatnya: Petrus, Yakobus dan Yohanes tertidur di saat-saat kesengsaraan-Nya. Apakah aku pernah “tertidur” saat orang lain membutuhkanku, di saat-saat mereka dalam pencobaan.

Apakah aku acuh terhadap penderitaan orang lain?

Terhadap penderitaan Kristus apakah kita pernah berpikir untuk memberikan penghiburan kepada Tuhan kita dengan meluangkan waktu satu jam untuk adorasi, seperti yang dilakukan Kristus di taman.

Kita mungkin pernah berdoa seperti Tuhan kita: “Bapa, jika memungkinkan, izinkanlah cawan ini berlalu dariku”, doa untuk meminta kelegaan dari penderitaan kita, tetapi apakah kita berdoa dengan penuh seperti doa Kristus: “tetapi bukan kehendak-Ku yang terjadi, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi”. Melalui misteri peristiwa sedih Rosario ini, marilah kita bertekad untuk menerima penderitaan apa pun yang Tuhan kehendaki untuk kita, sebagaimana Kristus telah menerimanya.

Misteri Peristiwa Sedih kedua Yesus didera

Buah Rohani: Penyangkalan diri atas keinginan daging.

Pencambukan Tuhan kita begitu kejam, begitu biadab dan tidak berperikemanusiaan sehingga membawa-Nya ke titik kematian, Ia begitu tercabik-cabik dan berlumuran darah hingga tidak dapat dikenali lagi sebagaimana yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya. Wajah-Nya dirusak hingga menjijikkan, tidak mirip dengan manusia.

Cambukan yang diterima Tuhan kita, tidak lain adalah dosa-dosa daging yang kita lakukan, yang merusak tubuh Kristus: dosa-dosa akan hawa nafsu, kenajisan, kemabukan, kerakusan, dosa-dosa kemalasan, cinta akan kemewahan, cinta akan kenyamanan. Semua dosa-dosa yang kita lakukan adalah deraan bagi Gereja, Tubuh mistik Kristus di Bumi. Karena dosa kita, membuatnya tidak dapat dikenali sebagai Gereja yang Kudus. Doktrin-doktrinnya Kudus, pendirinya Kudus dan anggota tubuhNya-pun harus Kudus. Tetapi dengan dosa-dosa daging ini, kita memperlihatkan kepada dunia: Kristus yang cacat, Kristus yang buruk rupa, Kristus yang menjijikkan.

Bahkan dosa-dosa rahasia kita, yang kita pikir tidak ada yang melihatnya, turut mempengaruhi tubuh Kristus dan mempersembahkan sebuah agama dengan kemunafikan kepada dunia. Sebuah agama yang anggota-anggotanya sama dengan dunia, Sebuah agama yang anggotanya sama memanjakan diri, sama rakusnya, sama bernafsu-nya, sama mabuknya, dan sama busuknya dengan dunia.

Dengan misteri, marilah aku bertekad untuk melawan dosa-dosa kedagingan demi Kasih Kristus dan gereja-Nya yang kudus, janganlah kerakusanku, kemalasanku, nafsuku, pikiran-pikiran kotorku dan kemewahanku, turut andil dalam menodai Kristus.

Misteri Peristiwa Sedih ketiga Yesus dimahkotai duri

Buah Rohani: Pertobatan akan kesombongan kita.

Segera setelah cambukan-Nya yang kejam, Kristus Tuhan kita dicemooh, diludahi dan dimahkotai dengan duri. Misteri ini adalah semua penderitaan yang disebabkan oleh kesombongan dan kecongkakan kita. Oleh ketamakan, keserakahan, kecemburuan, dan iri hati kita, yang hanya debu dan abu ini, kita yang telah mencabik-cabik Tubuh Tuhan, dengan dosa-dosa daging kita, sekarang kita berani menghina dan mengejek Dia dengan dosa-dosa Kesombongan kita.

Berapa kali kita menuntut jawaban dari Tuhan atau marah terhadap keputusan-Nya yang bijaksana, kita marah karena ketidak-sabaran kita, karena kekanak-kanakan kita. Apakah kita pernah menghina Kristus melalui doa-doa kita yang menuntut agar Dia menyerah pada keinginan serakah kita, agar Dia memberi kita kemewahan ini dan itu, agar Dia memberi kita kenyamanan atau keamanan ini atau itu. Ketika dengan kasih dan kebijaksanaan-Nya, Ia melihat bahwa hal itu akan merugikan rohani kita, namun kita terlalu sombong untuk mengakui bahwa apa yang kita inginkan tidak akan bermanfaat bagi kita, kita malah menjadi marah dan tidak sabar akan terkabulnya keinginan kita.

Betapa seringnya kita meninggikan diri kita sendiri di atas sesama kita, dengan membanggakan kepintaran kita, kecantikan kita, kekayaan kita, pendapat kita atau keunggulan yang kita miliki. Kita memalingkan pandangan kita dengan mencemooh orang lain dan menempatkan diri kita sendiri di atas mereka, padahal Allah sendiri mengizinkan diriNya ditempatkan di bawah kaki mereka.

Bagaimana kita dapat mengeluh tentang perlakuan yang tidak adil terhadap diri kita, kita yang sebenarnya layak masuk neraka karena dosa-dosa kita, sementara Tuhan sendiri, raja alam semesta, rela kerajaan-Nya dan otoritas-Nya diejek dan diludahi dan dimahkotai duri.

Dalam misteri ini aku mengerti bahwa aku tidak boleh lagi mengangkat jari menuduh Tuhan atau berusaha menempatkan diriku di atas sesama atau menjadi marah ketika aku dihina.

Misteri Peristiwa Sedih keempat Yesus memanggul salibnya ke Gunung Kalvari

Buah Rohani: Ketabahan memikul salib.

Tuhan kita yang dihukum mati dan dibebani salib, sekarang harus berjalan ke tempat penyaliban. Dia hampir tidak mampu berjalan namun Dia tahu ada ribuan langkah di depan-Nya yang perlu Ia tempuh dan setiap langkahnya dilalui dengan penderitaan.

Dengan misteri ini Tuhan kita memberi kita teladan tentang ketabahan yang sabar dalam penderitaan. Kita tahu bahwa Tuhan kita memikul salib ke Kalvari dan kita tahu bahwa beban terberatnya adalah dosa-dosa kita tetapi mungkin kita lalai bahwa Dia memikul pengetahuan tentang dosa-dosa kita, dosa yang menyakiti Bapa-Nya. Dia akan disalibkan karena dosa-dosa itu, Penderitaan Kristus di jalan Salib adalah perwujudan lahiriah dari apa yang diderita-Nya secara batiniah sepanjang hidup-Nya. Orang Kudus memberi tahu bahwa penderitaan-Nya melampaui kemampuan kodrat manusia untuk bertahan. Dia telah dicambuk begitu parah dan telah kehilangan begitu banyak darah sehingga dia seharusnya mati tetapi hidupnya secara ajaib dipertahankan sehingga penderitaannya dapat terus berlanjut.

Pernahkah kita begitu putus asa dan ingin menghindari penderitaan sehingga mungkin kita memandang kematian sebagai kelegaan? Tetapi Tuhan kita berdoa agar dia tidak mati hanya agar penderitaannya terus berlanjut! Bagaimana aku dapat menolak untuk menderita, cobaan apa pun tidak peduli seberapa lama atau betapa sakitnya, karena melihat apa yang diderita Kristus derita untukku.

Bagaimana aku dapat mengeluh tentang penderitaanku. mengetahui bahwa aku sebenarnya hanya memikul sebagian kecil dari dosa-dosa aku sendiri lakukan, ketika Tuhanku memikul bukan hanya dosa-dosaku tetapi juga dosa-dosa seluruh dunia.

Aku bertekad untuk tidak lagi mengeluh dalam penderitaan dan tidak pernah berusaha untuk berhenti tetapi meminta kepada Tuhanku rahmat ketabahan untuk menolongku memikul sebagian kecil dari salibku sendiri.

Misteri Peristiwa Sedih kelima Yesus wafat di salib

Buah Rohani: Semangat untuk jiwa-jiwa.

Semua penderitaan Tuhan kita sebelumnya diperbaharui pada saat penyalibanNya: jubahNya dirobek-robek, mencabut kulitNya seperti didera, cemoohan orang banyak memperbaharui penghinaanNya saat mahkotai duri. Setiap nafasNya selama 3 jam membutuhkan seluruh berat tubuh-Nya ditopang pada luka paku di kaki-Nya, rasa sakit yang bahkan lebih buruk daripada langkah-Nya saat memikul salib-Nya. Tuhan kita menanggung semua ini demi keselamatan umat manusia yang sangat Ia kasihi namun Ia tahu berapa banyak yang akan menolak Dia dan hilang selamanya di Neraka, penderitaan yang memperbaharui Penderitaan-Nya di taman Getsemani. Tuhan kita berseru seperti pada Mazmur 21: “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku”, agar kita tahu bahwa Dia mengerti apa yang kita rasakan saat dalam keputusasaan.

Orang kudus mengajarkan, bahwa cukup untuk Penebusan kita, jika Tuhan kita hanya menumpahkan setetes darah saja. Mengapa Tuhan kita memilih untuk menderita begitu banyak dan siksaan yang begitu hebat? Tidak lain adalah bahwa sepenting itulah Penebusan kita, Dia ingin hal itu menjadi istimewa, Kristus ingin kita tahu betapa Dia mengasihi kita dan dia rela menderita hanya untuk kita bahkan jika hanya satu orang yang mau dan tidak ada orang lain yang mau diselamatkan oleh penderitaan-Nya, Dia tetap mau untuk menderita semuanya itu.

“Aku haus”. Perkataan Tuhan kita dari kayu salib itu adalah kehausan-Nya akan jiwa-jiwa. Setiap jiwa yang Dia ciptakan, setiap jiwa yang Dia cintai dan ingin Dia selamatkan. Namun begitu banyak yang terhilang untuk diselamatkan, begitu banyak yang tersesat, begitu banyak yang memilih neraka karena mereka memilih dosa. Yang mereka pilih adalah kesombongan, nafsu, kemarahan, kemalasan, iri hati, keserakahan, kerakusan, keegoisan.

Jangan memilih ini, jangan memilih dosa, pilihlah pengampunan pilihlah pengorbanan, kerendahan hati, kemurnian, ketulusan, kemurahan hati. Inilah mengapa kita perlu melakukan silih. Inilah mengapa kita perlu membuat tekad untuk mengalahkan dosa dan bertumbuh dalam kebajikan agar kita dapat menjadi seperti Tuhan kita di kayu salib dengan semangat yang menyala-nyala demi keselamatan jiwa-jiwa yang dimulai dari diri kita sendiri

Janganlah kita membawa kemarahan di dalam hati kita, janganlah kita menyimpan kepahitan atau kebencian atas apa pun yang telah terjadi pada kita atau yang akan terjadi di masa depan, tetapi denga rela menerima penderitaan dan salib sebagai sebagian kecil dari harga Keselamatan kita. Untuk siapa pun yang mungkin menyinggung atau menyakiti kita, aku mau meneladani Tuhan, yang berkata: “Bapa mengampuni mereka”.